Anaphalis javanica yang dikenal secara populer sebagai Edelweiss jawa (Javanese
edelweiss) atau Bunga Senduro adalah tumbuhan endemik zona
alpina/montana di berbagai pegunungan tinggi Nusantara.[1]
Tumbuhan ini dapat mencapai ketinggian 8 meter dan dapat memiliki batang
sebesar kaki manusia walaupun umumnya tidak melebihi 1 meter. Tumbuhan ini
sekarang dikategorikan sebagai langka.
Edelweis merupakan tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda di
hutan pegunungan dan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya di atas tanah
yang tandus, karena mampu membentuk mikoriza dengan jamur tanah tertentu yang
secara efektif memperluas kawasan yang dijangkau oleh akar-akarnya dan
meningkatkan efisiensi dalam mencari zat hara. Bunga-bunganya, yang biasanya
muncul di antara bulan April dan Agustus[1]
, sangat disukai oleh serangga, lebih dari 300 jenis serangga seperti kutu,
tirip, kupu-kupu,
lalat,
tabuhan,
dan lebah
terlihat mengunjunginya.
Sayangnya keserakahan serta
harapan-harapan yang salah telah mengorbankan banyak populasi, terutama
populasi yang terletak di jalan-jalan setapak. Penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa edelweis dapat diperbanyak dengan mudah melalui pemotongan
cabang-cabangnya. Oleh karena itu potongan-potongan itu mungkin dapat dijual
kepada pengunjung untuk mengurangi tekanan terhadap populasi liar.
Salah satu tempat terbaik untuk
melihat edelweis adalah di Tegal Alun (Gunung
Papandayan), Alun-Alun Surya Kencana (Gunung Gede),
Alun-Alun Mandalawangi (Gunung Pangrango), dan Plawangan Sembalun (Gunung
Rinjani).
Sumber : Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia
bebas
Referensi
1.
^ a b Whitten, Tony and Jane (1992). Wild
Indonesia: The Wildlife and Scenery of the Indonesian Archipelago. United
Kingdom: New Holland. hlm. page 127. ISBN 1-85368-128-8.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar